Rabu, 19 Maret 2008

Permenungan

Permenungan
(Seberapa besar kah salib yang kita pikul ??)

Jari- jari merayap dalam celah penderitaan
Ketika luka meradang,
cucuran airmata meski tidak pernah mendapat jawab
Allah allah di manakah engkau ???
Seakan beban ini tak pernah ada hentinya

Camar – camar duniawi elok bagai warna – warni bunga, tuk di sentuh
Iman tak serupa dengan kata hati,
Kata terbesit selalu keinginan gelap

Ketika salib sudah tak ada makna
Ketika symbol hancur luluh dalam keangkuhan
Apakah masih ada artinya ???
Gelap gelap dan gelap
Semua gelap dalam lembah lembah kegelapan
Membentang hamparan luas kosong tak berisi,
dan keruh dalam genangan sungai dosa

Tetes embun panggilan surga dalam kehangatan
Seperti tangis bayi yang baru lahir menjadi pratanda adanya kehidupan
Langkah gontai memikul salib setiap tetesan darah-Nya
menghapuskan setiap dosa yang percaya akan kedatangan-Nya
Ingat kah kita selalu dengan penderitaan,???
wafat dan kebangkitan-Nya Sang maut dan iblis di taklukan,
dengan kerendahaan-Nya ia menampakan sebagai seorang manusia
jiwa -jiwa yang rapuh Ia kuatkan,
jiwa- jiwa yang kering Ia sejukan
lembah gelap ia terangi dengan api kemuliaan-Nya
Jiwa – jiwa yang kosong ia pulihkan

Jari jari merayap dalam celah penderitaan
Ketika luka merandang, ketika duka tak kunjung padam
Ketika keangkuhan tak terbendung oleh kerendahan hati
seberapa besarkah salib yang kita pikul ???





Sigit
18 maret 2008

Rabu, 14 November 2007

Ruang Kamar

Salib membisu dalam keremangan
Hening germercik air tertuang dalam sebuah kubangan
Lantunan kecapi suling melukiskan alam
Ketika tangan tangan bergetar
rindu menyatu pada sang khalik

tajam ujung pisau kehidupan
tataran ruang menyatukan hasrat sebuah misteri
ini kantung kenyamanan dimana karya dan pencipta bertemu
aroma kehangatan membuai dalam kekhusukan

ini aku anakmu yang hilang
dalam teratai rindu menyambutmu mu
camar camar luat mengapai dari horizon kelambu keterasingan
berhala hati yang telah memudar
luluhlantahkan keinginan bertemu dalam ruang rindu

hening mengikat, cahaya lilin menerangi kesunyian
samar penglihatan menembus dinding dinding tebal
ruang kamar.

14-11-07

Sabtu, 03 November 2007

buat ibu

Mengumpat berjuta kata dari keheningan
Yang ingin kukatakan
Jauh cita cita yang ingin kucapai
Merangkai keinginan yang selalu menggebu
Di depan mu setiap kata selalu terputus
Ada tapi tak terucapkan
Rindu, sayang ingin mendekap
Dalam satu kata “ ibu ….
Ini cerita dari kemurnian hati seorang anak

bandung

Bandung
berjejer gunung mengelilingi
Segar jernih udara menghembus
Ditemani merdu lagu sang pipit berdendang
5 atau 4 tahun kebelakang.

bandung dengan senyum menghantar,
hangat kota menyambut tuk dikenang
tatar sunda pijakan keramahan mengelilingi
dari serpihan kerajaan pajajaran.

Hamparan sawah membentang, bulir padi bukti
Setia bumi sangkuriang berlimpah kekayaan
Melintang sungai bening air mengaliri ditengah
Pikuk lalulalang tentram dan damai tercipta

Bandung kini hanya cerita, sejuk udara berganti
Oleh kepulan asap kendaraan,
pantulan cahaya hutan beton bertingkat
dan bau menusuk dari jajaran gunung sampah tak
bertuan.
Menghilangkan seyum ramah kota kembang.

deru hati

Deru hati

Aku salah
Bila membuat mu tersinggung
Aku akui

Tapi
Adakah bening air di hatimu
Tuk memaafkan
Jika itu yang kau mau

Benar
Gelombang pasang kegundahan
Hancurkan keikhlasanku

Jika
Ini akan terjadi
Semoga Perjalanan waktu akan mengikis
Kesedihan ini.

perahu kertas

perahu kertas

Lipat lipat
Kebahagian bersama terjalin ketika kita bertemu
Simpan ,
dalam air mengalir entah berhulu kemana
Satu hancur, oleh pasang air tiba tiba
Satu kencang di terpa tiup angin berbekal cita cita
Satu tersangkut perputaran roda kehidupan
Satu kian kemari mecoba memulai meraba nasib
Pertemuan perpisahan itulah alur
Perjalanan warna hidup
Waktu, proses, mempertemuakan
Waktu, proses, memisahkan
perahu ….. perahu ……kertas
awal dan sebuah akhir pertemuan.
3,11.2007

Jumat, 19 Oktober 2007

Perpisahan

Perpisahan

Waktu tak terasa mengalir
Detik detik perpisahan seakan tak dapat dibendung
Hari berganti, ruang warna berubah jingga, biru, kelabu, unggu
Mengisahkan sebuah cerita
Rerumputan hijau yang tumbuh memagari taman sekolah, saksi bisu sebuah dongeng penghantar tidur ketikaku belajar
Pagi ini kesunyian menyetaiku akan perpisahan
Debar jantung menguncang keras
Masa baru menati kehadiran baru
Tuk wujudkan sebuah harapan
Tebar wangi dedaunan menabah keeratan tak terpisahkan
Teman semoga perpisahan ini merupakan awal langkah perjalanan
Menuju pengharapan bukan kesedihan tetapi goresan cerita yang indah bila kita kenang suatu hari kelak.
-sigit-
29 mei 2007